Jumat, 01 Mei 2009

Pagelaran senibudaya Kab.Samosir di PRSU, 30 Maret 2009


MENDAPAT SAMBUTAN HANGAT DI PADATI PENGUNJUNG

Drs.Torang Naiborhu,Mhum: Sangat Terkesan dan mendukung sepenuhnya.


Sesuai dengan acara yang dijadwalkan panitia PRSU,Jumat malam (27/3) Kabupaten Samosir mendapat giliran sebagai penyelenggara,dengan mempersembahkan pagelaran seni budaya,meliputi tor-tor (tari tradisional) diiringi dengan seperangkat gondang Batak,serta dukungan VG.Marsada bersama group tari siswa/i,SMP Neg 2 Simanindo dan SMA Neg 1 Limbong binaan Kabidbud Samosir ,Formen Gultom SPd berikut dengan Fragmen Dalihan Natolu di bidani Alimantua Limbong.

Walau harus berdiri akibat kehabisan tempat duduk,pengunjung tetap bertahan mengikuti rangkaian acara.

Pagelaran ini kali ini dihadiri kalangan tokoh adat,politisi,akademisi dan warga Bona Pasogit yang ada di Medan,antara lain Drs.Efendi Naibaho,ND.Malau,Drs.Torang Naiborhu serta beberapa mahasiswa Musikologie dan antroplogi USU Medan.

Pembangunan bukan hanya tugas dan tanggung-jawab pemerintah,melainkan tanggung jawab seluruh lapisan dan elemen masyarakat .Sebagai warga Bona Pasogit,yang berdomisili dirantau/parserahan harus merasa ikut bertanggung jawab atas kelangsungan pembangunan Kabupaten Samosir khususnya,Sumatera Utara umumnya. Walau sekecil apapun itu,kita semua dituntut untuk berperanserta menurut kapasitas yang kita miliki. Kepada segenap aparat jajaran Pemkab Samosir kami himbau untuk komit bersinergie demi percepatan pembangunan di kampung sendiri.

Pernyataan ini disampaikan Drs.ND Malau,dalam sambutannya mewakili tokoh masyarakat Samosir yang berdomisili di Medan.

Samosir dapat apresiasi pada acara Senandung Rindu Bona Pasogit.

Bupati Samosir Ir Mangindar Simbolon menuturkan, sempat terhenyak dan berenung sejenak,ketika St.DR.Sopar Panjaitan ditengah berlangsungnya acara Senandung Rindu Bona Pasogit yang digelar di ibukota,menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Samosir,yang menurut beliau saat ini Samosir sudah mengalami banyak perubahan.

Kita merasa tersanjung namun dibalik itu terkandung makna suatu tantangan bagi kita semua.

Salah satunya tantangan yang dimaksud adalah sejauh mana kita mempertahankan nilai budaya kita sebagai simbol keramah tamahan yang luhur itu. Cukup terasa adanya pergeseran nilai budaya luhur yang kita miliki yang dari awalnya cukup kental dengan keramahan dan ketulusan,yang diproyeksikan melalui seni.

Seni tari yang digelar diibukota sepertinya jauh lebih indah dan memukau dibanding dengan seni tari yang kita gelar di daerah. Hal ini boleh terjadi,sebagai akibat kurangnya latihan dan dukungan kita ujar Bupati.

Waktu dan kesempatan ini adalah merupakan momentum yang cukup berpeluang dalam usaha penggalian nilai nilai seni budaya serta usaha pelestariannya,sehingga kelak menjadi salah satu produk unggulan yang dapat kita suguhkan kepada khalayak ramai apalagi dengan wisatawan tegas Bupati Samosir.

Mengakhiri sambutannya,Bupati Samosir Ir Mangindar Simbolon menyampaikan terimakasihnya kepada semua pihak yang memberikan dukungannya dalam penyelenggaraan acara ini.

Dua bagaian tari yang digelar masing masing tari Dampol Siburuk serta tari Parsiarabu,adalah sebagai cerminan semangat perjuangan untuk meraih keberhasilan dalam tatanan kultur sejak dulu hingga saat ini.

Sementara fragmen yang digelar dengan judul Dalihan Natolu, merupakan titik awal falsafah/nilai luhur deklarasi Habatakon,Somba Marhula-hula,Elek Marboru,Manat Mardongantubu,( red= terjemahan bebas: hormat,santun dan saleh)

Pengaruh tempat dan kondisi kehidupan sosial ekonomi yang agaknya keras menggeser image banyak orang tentang karakter Batak itu dengan kekerasan ,namun sesungguhnya perasaan orang Batak itu cukup halus. Hal ini dapat kita lihat dari lirik dan ritme/birama lagu Batak didominasi rasa yang cukup halus sentimental,seperti Parsiarabu tadi,ujar dosen USU Medan,Drs Torang Naiborhu,M.Hum ketika dimintai komentarnya.

Ketika kita terfokus pada Budaya,kita akan banyak mengalami ketertinggalan,dan sebaliknya bila fokus kepada jaman dan kemajuan kita akan kehilangan identitas. Jadi,dalam usaha menggali dan melestarikan nilai seni budaya,kita harus melibatkan masyarakat,tokoh seni dan budaya,pemerintah dan ilmuwan terkait,terang dosen USU Medan ini.

Sidriani.H.Desky (22) mahasiswi USU Medan,kelahiran dan warga NAD yang duduk pada smester enam,mengacungkan jempol atas pagelaran seni yang disuguhkan Pemkab Samosir,walau harus duduk dilantai yang dilapisi karpet hijau itu.

Yani nama panggilannya sehari hari,protes keras bila dikatakan Batak identik dengan kekerasan. Saya baru pulang dari Makassar,ternyata keberadaan saya disana diterima mereka sebagai putra Batak,dan mereka semua sangat ramah tutur Sidriani H Desky kepada Skala.

Seluruh pimpinan SKPD Kabupaten Samosir nampak hadir bersama Wabup Samosir Ober Sihol P Sagala SE,Sekdakab Drs Tigor Simbolon, Wakil Ketua DPRD Samosir,Drs Abad Sinaga bersama Drs Poltak Sinaga MSc,ketua TP PKK Ny.Mangindar Simbolon,Ny.Diana Silalahi dan Ny Sekdakab,serta undangan lainnya.

Walau lagu O..Tano Batak telah dikumandangkan sebagai penutup rangkaian acara,pengunjung bagai enggan meninggalkan tempat duduknya masing masing.

Kita tidak sangka begitu antusiasnya pengunjung,terkait dengan jadwalnya persis pada hari Jumat,ujar Drs Melani Butarbutar MSc Kadis Pariwisata Kabupaten Samosir,didampingi Kabidnya yang baru Formen Gultom SPd dalam kesannya kepada Skala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar